👶 5. Upacara Nujuh Bulan: Doa untuk Ibu dan Janin dalam Kandungan
Dalam adat Betawi, kehamilan bukan sekadar urusan medis, tapi juga momen sakral yang sarat dengan harapan, doa, dan perlindungan spiritual. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan hingga kini adalah Upacara Nujuh Bulan — prosesi adat yang diadakan saat usia kehamilan menginjak tujuh bulan. Tradisi ini bukan hanya bentuk syukur, tapi juga pengikat batin antara ibu, keluarga, dan lingkungan sosialnya.
🕯️ Apa Itu Upacara Nujuh Bulan?
Upacara Nujuh Bulan (baca: tujuh bulanan) dalam budaya Betawi punya ciri khas tersendiri. Meski mirip dengan tradisi tujuh bulanan di daerah lain di Indonesia, versi Betawi punya elemen-elemen unik, mulai dari bacaan doa-doa tertentu, siraman bunga, sampai jualan rujak pakai alat tradisional yang lucu dan penuh simbol.
Tradisi ini dipercaya bisa mendatangkan keselamatan, memperlancar proses persalinan, sekaligus memohon agar bayi yang lahir nanti memiliki sifat-sifat baik seperti tokoh panutan dalam Islam.
📜 Kapan dan Kenapa Harus Dilakukan?
Tradisi ini biasanya dilaksanakan saat usia kandungan mencapai tujuh bulan, khususnya pada tanggal-tanggal yang mengandung unsur angka tujuh dalam kalender Hijriyah: tanggal 7, 17, atau 27. Namun, kebanyakan memilih tanggal 7 atau 17 agar tidak terlalu dekat dengan usia delapan bulan.
Tujuan utama upacara ini:
-
Memohon keselamatan ibu dan bayi
-
Mengusir gangguan gaib
-
Menyambut calon bayi dengan doa-doa terbaik
-
Menanamkan niat bahwa anak ini akan tumbuh dengan nilai-nilai luhur
🌀 Rangkaian Prosesi dalam Upacara Nujuh Bulan
-
Slametan dan Pembacaan Doa
Acara diawali dengan slametan—syukuran yang diiringi pembacaan tahlil, Surat Yusuf, dan Surat Maryam. Doa-doa ini dipercaya dapat membawa keberkahan dan membentuk karakter bayi yang rupawan, sholeh/sholehah, dan penuh kasih sayang seperti tokoh yang disebutkan. -
Siraman (Mandi Kembang)
Ibu hamil akan dimandikan menggunakan air bunga setaman di kamar mandi atau halaman. Air kembang ini dipercaya bisa membersihkan aura negatif, menyegarkan jiwa, dan membawa ketenangan untuk ibu dan janinnya. Proses siraman dilakukan oleh orang-orang terdekat seperti ibu kandung, mertua, atau tokoh perempuan yang dituakan. -
Ngirag (Pijat Tradisional)
Setelah siraman, dilakukan pengurutan lembut pada tubuh ibu hamil untuk melancarkan peredaran darah dan membantu posisi janin agar siap untuk lahir. Biasanya dilakukan oleh tukang urut atau dukun berpengalaman. -
Jualan Rujak Tradisional
Ini bagian unik dan seru: pasangan suami istri akan bermain peran sebagai pedagang dan pembeli rujak. Mereka menggunakan cobek dan ulekan tanah liat, serta uang koin dari tanah liat sebagai alat pembayaran. Rujak yang dibuat biasanya terdiri dari tujuh jenis buah — setiap buah punya makna filosofis sendiri, seperti:-
Nanas: semangat dan kesegaran
-
Pepaya: kelancaran
-
Mangga: kematangan
-
Jambu: keberanian
-
Dan lain-lain
Masyarakat percaya, rasa rujak yang dominan (manis, asam, atau pedas) bisa “meramal” sifat si bayi kelak — walau ini lebih ke tradisi iseng yang menyenangkan daripada ramalan serius 😄
-
-
Tausiyah dan Makan Bersama
Acara ditutup dengan tausiyah atau pesan-pesan keagamaan dari ustaz atau tokoh adat, dilanjutkan dengan makan bersama sebagai bentuk kebersamaan dan rasa syukur.
✨ Nilai-Nilai Budaya dan Spiritualitas dalam Nujuh Bulanan
-
Keberkahan dan Perlindungan
Seluruh prosesi bertujuan untuk mendoakan agar ibu dan bayi selalu dilindungi dari bahaya—baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. -
Harapan akan Anak yang Sholeh/Sholehah
Doa-doa yang dibacakan, serta simbol-simbol dalam ritual, memuat harapan besar agar anak yang dilahirkan tumbuh menjadi pribadi yang baik, sehat, dan berakhlak mulia. -
Pelestarian Tradisi Leluhur
Meskipun tampaknya sederhana, tradisi ini menyimpan nilai budaya yang dalam dan menjadi pengingat bahwa proses kelahiran bukan hanya fisik, tetapi juga perjalanan spiritual. -
Kebersamaan Keluarga dan Lingkungan
Upacara ini mempererat hubungan antara ibu hamil dengan keluarga besarnya, serta menjadikan kehamilan sebagai momen sosial yang positif dan penuh semangat gotong royong.
📌 Tradisi yang Bertahan di Tengah Modernisasi
Walau teknologi dan fasilitas medis berkembang pesat, tradisi Nujuh Bulan masih tetap dijalankan oleh banyak keluarga Betawi—bahkan di kota besar seperti Jakarta. Sebagian melaksanakannya secara lengkap, sebagian lagi memilih versi yang lebih sederhana, tapi tetap memegang nilai-nilainya.
Upacara ini bukan hanya soal ritual, tapi juga bentuk ikhtiar batin yang mempertemukan cinta orang tua, kekuatan doa, dan penghormatan terhadap kehidupan sejak dalam kandungan.
💡 Jadi, kalau kamu mendengar suara rebana dan aroma rujak menyeruak dari salah satu rumah di kampung Betawi — bisa jadi itu bukan pesta biasa, tapi momen sakral yang disebut Nujuh Bulanan, tempat di mana doa dan budaya menyatu dalam pelukan keluarga.